RIBUAN wisatawan mancanegara berbondong-bondong meninggalkan Lombok paska gempa berkekuatan 7 skala ritcher pada Minggu 5 Agustus lalu. Sejatinya bukan gempa yang membuat para turis eksodus, melainkan isu tsunami.
"Yang menjadi persoalan adalah murni hoaks tsunami, sehingga bukan saja wisatawan yang terdampak, tetapi juga masyarakat yang harus mengungsi. Isu itu yang membuat orang (wisatawan) eksodus,” ujar Ketua PHRI NTB, Lalu Abdul Hadi Faisal.
Akibatnya industri perhotelan di Nusa Tenggara Barat terpukul akibat gempa sehingga dibutuhkan minimal tiga bulan untuk kembali normal seperti sedia kala.
Menyikapi situasi ini pemerintah dan kalangan industri berjanji mempromosikan Lombok "aman untuk dikunjungi kembali" setelah dihadapkan kenyataan sekitar 70% wisatawan meninggalkan wilayah itu menyusul gempa.
Hampir 20% bangunan hotel di Lombok Utara dilaporkan rusak parah, tetapi sebagian besar hotel lainnya dilaporkan "hanya retak-retak".
"Terutama hotel yang ada di pesisir utara pulau Lombok, termasuk hotel di tiga gili (pulau) yang menggunakan konstruksi beton," kata Kepala Dinas Pariwisata provinsi Nusa Tenggara Barat, Muhammad Lalu Faozal kepada BBC News Indonesia.
Ditanya berapa kerugian yang dialami dunia pariwisata NTB akibat dampak gempa, Faozal mengaku semua pihak "sedang menghitung." Saat ini pihaknya ingin memastikan bahwa fasilitas pariwisata yang rusak akibat gempa dapat kembali beroperasi secara normal.
Mereka juga mengecek fasilitas pariwisata, seperti rumah makan, restoran, toko cenderamata, hotel dan fasilitas lainnya, untuk memastikan tingkat kerusakannya, apakah rusak berat, sedang atau ringan.
"Misalnya ada hotel rusak berat, itu recoverynya (pemulihan) mulai dari nol, kemudian ada rusak sedang, dan ada pula yang tidak rusak. Nah, yang tidak rusak, kita pulihkan dulu agar dia bisa operasional," jelas Faozal.
Kapan industri perhotelan di Lombok diperkirakan pulih?
Pihaknya kemudian menargetkan dalam tiga bulan ke depan kondisi pariwisata di NTB dapat kembali berjalan normal. “Karena rata-rata untuk rusak sedang itu butuh waktu satu sampai dua bulan untuk mengembalikan fisiknya seperti semula. Nah, kan tidak ada perbaikan fisik itu satu atau dua minggu."
"Dibutuhkan setidaknya sebulan, karena konstruksi kan. Ya, hitung-hitungan dalam satu bulan, sudah ada yang mulai operasional," papar Faozal.
Berapa jumlah wisatawan yang eksodus?
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, Lalu Abdul Hadi Faisal mengatakan jumlah wisatawan yang meninggalkan Lombok pasca gempa hampir 70%.
"Sisanya 30% masih berada di sekitar Lombok," kata Abdul Hadi saat dihubungi BBC News Indonesia melalui sambungan telepon.
Dia mengklaim sebagian besar turis yang meninggalkan Lombok merupakan wisatawan yang tinggal di kawasan Lombok Utara saat gempa mengguncang.
"Sekitar Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan dan kemudian di sekitar Senggigi, memilih keluar dari Lombok. Tapi wisatawan di Lombok Tengah dan Mataram masih banyak menetap," kata Abdul Hadi.
(Baca Juga: Foto-Foto Transformasi Nissa Sabyan, Berseragam Pramuka hingga Tampil Kece Badai)