Dari sekian banyak kesenian tradisional Indonesia, tari menjadi salah satu karya seni yang memiliki daya tarik tersendiri di mata orang banyak, terutama para wisatawan asing. Keunikan seni tari ini terletak pada gerak tubuh yang dilakukan secara berirama dengan alunan musik yang mengiringinya.
Diperlukan konsentrasi tinggi dan keahlian khusus dalam mengolah gerak tubuh untuk menghasilkan pertunjukkan tari yang berkualitas dan memukau. Terlebih, seni tari Indonesia dikenal memang dikenal sarat akan makna-makna filosofis, sehingga memiliki tingkat kesulitan tersendiri.
Â
Hal tersebut dijelaskan secara gamblang oleh Anna Kunti Pratiwi, selaku Ketua Komunitas Arkamaya Sukma. Menurutnya, tantangan terbesar dalam menekuni seni tari terletak pada tingkat kesulitannya karena harus ada keselarasan rasa, fisik, jiwa, dan memahami makna filosofis setiap gerakan.
"Menari sebetulnya bukan hal yang mudah, kalau dibilang lemah gemulai kelihatannya saja, tapi dibutuhkan kekuatan fisik yang luar biasa. Apalagi jenis tari yang kami tekuni adalah tari klasik Jawa (Surakarta). Gerakannya terlihat lambat, tapi justru di situlah kesulitannya. Karena kami harus fokus menyelaraskan semua rasa, fisik, jiwa, dan memahami makna filosofisnya," ungkapnya saat ditemui Okezone, belum lama ini.
Lebih lanjut Kunti menjelaskan, baginya menari merupakan kesempatan emas untuk meningkatkan konsentrasi dan mengenal diri sendiri. Dia ingat betul pesan dari sang guru bahwa ketika seseorang memutuskan untuk menari, itu berarti mereka harus berani melepas semua beban pikiran sehingga dapat fokus mengolah gerakan tari.
"Kalau saya sendiri menari adalah cara saya untuk belajar fokus, belajar untuk menyelaraskan diri dengan diri sendiri. Kalau guru saya bilangnya 'semeleh' artinya berpasrah. Jadi kalau mikirin yang lain, jatuhnya tidak bakal fokus dan biasanya akan mengganggu yang lain dan bubar," jelas Kunti.