HUTAN Kabupaten Tambrauw, Papua Barat merupakan kawasan konservasi yang di dalamnya hidup berbagai jenis burung. Salah satu spot wisata pengamatan burung atau birdwatching menarik adalah di Nanggou Dua, Distrik Sausapor. Pengunjung harus berpetualangan dengan medan yang menantang untuk ke sini.
Nah, untuk mencapai lokasi ini, harus menempuh perjalanan menantang. Dari Kota Sorong butuh sekira 4-5 jam. Jalan tak beraspal di tengah hutan penuh tanjakan dan turunan. Tapi, wilayah ini sangat sering hujan, sehingga jalanan sangat licin dan berkubang di sana-sini. Jalan ini hanya bisa dilewati mobil bermesin 2 gardan dan sepeda motor jenis trail.
Perjalanan melewati beberapa kali kecil. Kiri kanan jalan adalah bukit dan jurang yang sangat dalam tertutup lebatnya pepohonan. Namun, lelahnya perjalanan terbayar dengan keindahan alam yang memukau.
Dari atas bukit, kita bisa melihat hutan tropis lebat yang di beberapa titik berkabut. Suara hewan-hewan liar dan kicauan burung terdengar bersahutan dari hutan, cukup menenangkan.
Okezone bersama tim Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang dipimpin Deputi Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Rizki Handayani Mustafa berkunjung ke Nanggou Dua. Setelah menempuh perjalanan 1 jam lebih dari Sausapor, rombongan sampai di Nanggou Dua. Terpampang sebuah pamflet berisi pesan larangan berburu di hutan Nanggou Dua.
Sebagian di antara tim lalu turun ke bawah melewati kali kecil bebatuan. Airnya sangat jernih. Lalu menanjak menuju jalur pendakian. Di pintu masuk ada pamflet larangan berisik, tanda kita sudah mulai memasuki kawasan birwatching.
Tim lalu mendaki dengan dipandu warga lokal. Lumayan melelahkan. Tapi, sepanjang pendakian bisa menikmati alunan nyanyian alam dan kicauan aneka burung. Kami berhenti di satu titik, mengamati Cendrawasih ekor kuning yang bermain di ranting pohon. Ada juga raja udang, tapi hanya singgah sebentar di ranting lalu terbang lagi.
"Di sini kalau mau lihat Cendrawasih ada Cendrawasih kecil yang ekornya kuning. Tadi ada suaranya kakaktua. Raja (udang) bisa lihat, kakaktua bisa lihat, mino juga bisa," kata Ria Saryanthi, Konservasionis Burung Indonesia yang ikut bersama tim.