MANTAN Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mendukung keputusan pemerintah mengembangkan wellness tourism atau wisata minat khusus di masa pandemi Covid-19, yang salah satu katagorinya adalah ekowisata.
Menurut Wamenparekraf periode 2011-2014 ini, ekowisata memang sangat ideal dikembangkan selama masa pandemi Covid-19, karena konsep yang diusung lebih menonjolkan outdoor activities atau kegiatan di luar ruangan, sehingga diklaim dapat meminimalisasi risiko penularan virus corona.
Baca juga: Mengenal Wisata Wellness yang Sedang Dikembangkan Pemerintah di Tengah Covid-19
Ekowisata juga sejalan dengan protokol kesehatan yang telah direkomendasikan para pakar kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Mengapa ekowisata ini penting? Basisnya kan alam bebas, otomatis aktivitas yang dilakukan lebih banyak di luar ruangan. Wisatawan tidak perlu khawatir lagi dengan sirkulasi udara tertutup yang dipercaya dapat menyebarkan virus. Protokol kesehatan seperti jaga jarak juga lebih mudah dilakukan," kata Sapta Nirwarndar kepada Okezone, Selasa (6/10/2020).
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Okezone.com/Salman Mardira)
Namun dalam pengembangannya, lanjut Sapta, ada beberapa poin penting yang tak boleh luput dari perhatian Kemenparekraf. Salah satunya terkait dengan penerapan protokol kesehatan di destinasi itu sendiri.
Baca juga: Ini Hal yang Harus Diperhatikan Pendaki saat Turun Gunung
Meski lokasinya cenderung terpencil dan tidak memicu terjadinya kerumunan massa, tidak menutup kemungkinan wisatawan tertular ketika menuju destinasi. Bisa jadi mereka tertular dalam perjalanan karena menggunakan transportasi umum, atau ketika berada di hotel yang notabennya disambangi oleh banyak wisatawan dari berbagai daerah.
"Jadi mau tidak mau protokol kesehatan masih tetap harus diberlakukan. Jangan lengah, agar tidak memunculkan klaster baru," kata pria yang kini menjabat Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center dan Forum Pariwisata Indonesia.
Poin selanjutnya berkaitan erat dengan kelestarian alam di destinasi tujuan. Sapta menjelaskan bahwa setiap daerah yang memiliki potensi ekowisata, lebih baik memaksimalkan potensi alam yang mereka miliki, daripada membangun atraksi-atraksi buatan karena justru dapat merusak ekosistem, serta esensi dari konsep ekowisata itu sendiri.
Contohnya membangun spot-spot instagramable. Hal-hal seperti ini harus dihindari karena daya tarik utama ekowisata memang lebih kepada suasana dan panoramanya.
"Perlu diingat ciri lain ekowisata itu bukan mass tourism, tapi lebih niche tourism. Jadi targetnya bukan meraup jumlah kunjungan wisatawan sebanyak-banyak. Tetapi lebih ke kualitas produk yang ditawarkan. Jadi, spot-spot instragamble buatan itu tidak diperlukan lagi. Kalau wisatawan mau selfie, ya tinggal bagaimana mereka mencari spot alami yang cantik, lalu mengolahnya," jelas Sapta.