ADA pantangan yang harus diperhatikan para pendaki saat naik Gunung Lawu. Pantangan ini perlu dilakukan agar selamat saat mendaki gunung.
Gunung Lawu memiliki pesona berbeda dibandingkan gunung lain di Pulau Jawa. Sejumlah orang menyebut gunung yang berada di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, serta Kabupaten Ngawi dan Magetan, Jawa Timur itu memiliki aura mistis.
Faktanya, sejumlah pendaki pernah mengalami kejadian tertentu saat mendaki di Gunung Lawu. Salah seorang teman mengaku mendaki Lawu dan menyelingi pendakian dengan guyon.
Saat itu, dia merasa perjalanan hingga puncak terasa lama dan berputar-putar di tempat yang sama. Setelah menyadari kesalahannya, dia mengaku perjalanan ke puncak Lawu kembali lancar.
Dibenarkan Kepala Disparpora Karanganyar, Titis Sri Jawoto, dan Koordinator Lapangan Bidang Destinasi Disparpora Karanganyar, Nardi, bahwa banyak mitos saat naik Gunung Lawu bagi para pendaki.
Dilansir Okezone dari Solopos, berikut sejumlah pantangan, seperti pakaian dan perilaku yang tidak boleh dilakukan saat mendaki Lawu. Yuk simak!
Jangan Berniat Tidak Baik
Â
Pendaki tidak boleh memiliki niat kurang baik saat hendak mendaki Gunung Lawu. Nardi menuturkan niat kurang baik tidak hanya dilarang saat mendaki Gunung Lawu. Tetapi, melakukan aktivitas apa pun harus didahului dengan niat baik.
"Mendaki harus ada niat dulu. Pendaki tahunya di medsos kok bagus pemandangan. Lawu itu kan sebetulnya untuk laku spiritual. Sekarang kan menjadi wisata selfie," tutur Nardi.
Dia juga menyebut pendaki tidak boleh fokus pada ambisi sampai ke puncak. Nardi menyebut puncak Gunung Lawu sebagai bonus pendakian.
"Nah puncak itu bonus. Pendaki jangan terfokus pada ambisi sampai puncak. Tetapi dinikmati prosesnya. Paling enggak, jalan itu meluruskan niat," ungkap dia.
Jangan Bercanda
Aturan lain adalah pendaki tidak boleh bercanda selama mendaki Gunung Lawu. Nardi menyebut segala aturan yang diterapkan pemerintah tidak boleh mengesampingkan aturan adat yang telah dilakukan secara turun temurun.
"Makanya kan aturan pendaki yang dikeluarkan pemerintah itu sebagai pelengkap. Pendaki juga harus menaati aturan adat. Enggak boleh guyon keterlaluan. Di bagian mana pun Lawu itu memiliki aura mistis sangat tinggi," tutur dia.
Titis pun sepakat dengan hal itu. Tetapi, dia menganalogikan larangan guyon di Gunung Lawu dengan kemungkinan pendaki menjadi tidak konsentrasi karena terlalu asyik guyon sehingga tersesat.
"Ya kalau itu sebetulnya etika, di manapun enggak boleh guyon. Kan perlu konsentrasi khusus. Kalau celelekan itu kan mengurangi konsentrasi sehingga akan berisiko tersesat lah, ketinggalan dari teman satu rombongan," ungkapnya.