KABUPATEN Maros, Sulawesi Selatan menyimpan kekayaan taman bumi yang menjadi daya tarik tersendiri yaitu batuan karst yang menjulang tinggi memukau yang telah berusia jutaan tahun lamanya.
Di Maros terdapat hamparan karst yang disebut hutan batu dengan luas sekitar 20 ribu hektare. Hutan batu ini menduduki peringkat kedua hutan karst terluas di dunia setelah China.
Karst yang ada di hutan batu ini disebut dengan tower karst atau menara karst karena memiliki bentuk yang lancip menyerupai ujung menara pada umumnya, menara karst ini memiliki ketinggian sekitar 100 meter.
Potensi taman bumi di sini adalah batuan gamping yang menjulang tinggi. Bebatuan gamping bisa timbul ke permukaan memerlukan proses jutaan tahun lamanya. Batuan gamping ini awalnya berasal dari dasar laut, tercipta karena adanya endapan material-material yang ada di laut yang terkena sinar matahari.
Lambat laun adanya pergerakan tektonik dari dalam bumi lempengan batu gamping akhirnya menjulang ke permukaan dan membentuk bukit-bukit karst seperti yang ada di Maros ini.
Baca juga: Viral 2 Pendaki Bugil Berpose di Lokasi Sakral Gunung Gede Pangrango
Bebatuan di hutan batu ini memiliki warna yang berbeda, ada yang berwarna abu-abu kehitaman dan ada pula berwarna putih. Hal itu dikarenakan karst tersebut mengandung karbon, namun warna asli karst sebenarnya adalah berwarna putih.
"Ini pelapukannya warna hitam gini karena karst itu mengandung karbon dari CaCo3, C nya itu warna hitam. Tapi sebenarnya di dalamnya itu kalau kita bongkar sedikit itu warna putih," ujar Anggota Tim Ahli Geopark Maros Pangkep, Ahmad Resa Syaiful menyitir channel YouTube Geopark Indonesia iNews.
Ahmad menjelaskan, usia bebatuan yang ada di hutan batu ini sekitar 56-16 juta tahun silam.
Tak hanya hutan batu, di Kabupaten Maros juga terdapat sebuah desa yang populer dengan keindahan karstnya yaitu Ramang-Ramang.
Terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa untuk menuju ke desa ini tak membutuhkan waktu lama, wisatawan hanya perlu menyusuri sungai sepanjang 2 kilometer saja.