LABUAN Bajo terus bersolek diri. Setelah ditetapkan sebagai destinasi premium dan tuan rumah KTT G20 pada 2023 mendatang, pemerintah pun langsung menggenjot pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana (sarpras) penunjang.
Sempat ada kekhawatiran bahwa pembangunan infrastruktur dan sarpras tersebut akan mengikis nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal. Namun menurut penuturan, Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata, Shana Fatina, seluruh proses pembangunan yang dilakukan oleh sejumlah kementerian/lembaga terkait sejatinya mengutamakan triangle of sustainability.
"Kalau kita melihat masa lalu mungkin seperti itu. Tapi sekarang tidak. Justru dengan ditetapkannya Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas ini, kami benar-benar mulai dari awal, termasuk menentukan konsep pengembangan Labuan Bajo itu akan seperti apa," ujarnya kepada Okezone di Hotel Inaya Bay, Jumat 13 November 2020.
Baca Juga: Labuan Bajo Dibangun, Desa Wisata Wae Rebo Dipromosikan
Shana mengatakan, konsep yang hendak dikembangkan untuk Labuan Bajo sendiri adalah konsep pariwisata berkualitas premium, berkelanjutan, dan kelas dunia. Dalam arti lain, prinsip-prinsip dasar sustainable tourism atau wisata berkelanjutan akan dijunjung tinggi pada setiap prosesnya.
Ini termasuk menjaga nilai-nilai kebudayaan dan kearifkan lokal, serta melestarikan alam dan ekosistemnya. Shana menyadari bahwa banyak wisatawan yang rela jauh-jauh datang ke Labuan Bajo untuk menikmati keindahan alamnya.
"Alam itu sudah pasti jadi tujuan utama orang datang ke sini. Tetapi mereka tentu membutuhkan fasilitas dasar yang baik, sinyal bagus, listrik ada, air bersih ada, kemudian bertemu dengan kehangatan penduduk lokal. Dan ini yang paling utama sebenarnya," tambah Shana.
Baca Juga: Labuan Bajo Dikunjungi 20 Ribu Turis Sepanjang 2020, Termasuk Artis dan Influencer