BERKURANGNYA kegiatan manusia di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat pandemi Covid-19 mempengaruhi aktivitas komodo di daerah itu menjadi lebih aktif yang dapat kembali berubah ketika terjadi kembali interaksi tinggi dengan wisatawan.
"Olahan data sementara menunjukkan bahwa sekarang komodo yang ada di Loh Buaya cenderung bergerak lebih aktif dibandingkan ketika 2019," kata Dr. Mirza Kusrini, peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
Baca juga: Labuan Bajo Dibangun, Desa Wisata Wae Rebo Dipromosikan
Hal itu disampaikan Mirza dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi IV DPR RI tentang pembangunan fasilitas wisata di Loh Buaya, Pulau Rinca, NTT dipantau virtual dari Jakarta pada Senin 23 November kemarin.
Pulau Rinca salah satu habitat komodo. Resort Loh Buaya di pulau itu ditutup sementara sejak 26 September 2020 hingga 30 Juni 2021 karena ada proyek pembangunan sarana dan prasarana wisata di kawasan tersebut.
Pada 2019, ketika pariwisata masih berjalan dengan frekuensi aktivitas manusia yang tinggi, komodo di daerah Loh Buaya cenderung berdiam di tempat yang sama. Berbeda dengan saat ini ketika mereka menjelajah ke daerah lain.
Baca juga: 6 Ide Wisata Seru Bareng Kelurga saat Libur Akhir Tahun, Staycation hingga Trekking
Komodo yang berada di Loh Buaya, kata Mirza, yang memaparkan beberapa temuan penelitian tersebut, memang cenderung lebih terbiasa dengan manusia.
"Justru kami sebagai orang-orang yang bergerak di bidang konservasi satwa liar kami tidak bahagia dengan itu. Inginnya satwa liar harus tetap liar, jadi tidak boleh terlalu dekat dengan manusia," ujar pengajar di Departemen Konservasi Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB University itu.
Ia menganjurkan agar terjadi pengurangan interaksi manusia terutama wisatawan dengan komodo.
Selain aktivitas komodo, peneliti IPB juga menemukan bahwa kondisi populasi dan habitat di TN Komodo masih dalam kondisi terjaga. Diperkirakan terdapat sekitar 3.022 ekor komodo yang berada di seluruh TN Komodo, atau naik dari 2.897 ekor pada 2018.