KAWASAN karst Sangkulirang-Mangkalihat memang layak dijadikan primadona baru pariwisata Kalimantan Timur. Tak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang eksotis, kawasan ini juga menyimpan potensi budaya yang sangat luar biasa.
Salah satunya legenda Gunung Tondoyan. Beberapa waktu lalu, Okezone berkesempatan mendengarkan langsung legenda tersebut dari salah seorang Juru Pelihara Sangkulirang bernama Rusdi.
Rusdi mengatakan, legenda Gunung Tondoyan menceritakan tentang kisah lima kakak beradik yaitu, Ayus (anak paling tua), Songo, Setu, Sentang, dan adik perempuannya, Silu.
Sehari-hari Ayus dan ketiga saudara laki-lakinya bekerja di ladang dan menangkap ikan di sungai. Sementara Silu tinggal di rumah untuk menyiapkan makanan.
Mereka hidup bahagia meski terkadang Ayus dan ketiga adiknya pulang dengan tangan kosong. Hal itu tidak menjadi masalah yang berarti, karena ternyata Silu memiliki kesaktian.
Baca juga: Menikmati Lukisan Alam di Sungai Jelai-Bengalon Sangkulirang
Ia mampu memasak makanan saat berada dalam kondisi terdesak menggunakan kéncéng (dandang) ajaib. Sampai pada suatu hari malapetaka menghampiri mereka. Kesaktian Silu akhirnya diketahui oleh kakaknya.
Hal ini bermula ketika Silu meminta izin kepada Ayus untuk pergi ke sungai. Sebelum meninggalkan rumah, ia berpesan kepada Ayus agar tidak membuka dandang nasi yang sedang dimasaknya. Ayus pun setuju.
Namun karena pada saat itu Ayus kelaparan, ia terpaksa melanggar janjinya dan membuka dandang nasi milik Silu. Betapa terkejutnya Ayus ketika melihat dandang itu berisikan setangkai padi yang masih hijau, dan sebagian lagi sudah menjadi nasi.
Ketika Silu pulang, ia melihat tangkai padi itu masih ada di dalam dandang. Silu langsung menyadari bahwa sang kakak telah melanggar janjinya. Ia merasa kecewa dan memutuskan untuk pergi menuju laut.
"Kalau menurut cerita orang-orang dulu, Silu marah karena ketika dandangnya dibuka, maka kesaktiannya berkurang. Ia pergi membawa tampi (nampan) dan membawa seekor ayam jago," kata Rusdi.