GUNUNG Semeru di Jawa Timur meletus, Sabtu 16 Januari 2021, hingga mengeluarkan awan panas guguran sejauh 4.500 meter. Jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa ini pun ditutup hingga 31 Maret 2021.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sudah memutuskan menutup pendakian Semeru sejak 30 Desember 2020, karena kondisi cuaca serta potensi erupsi.
Baca juga: Fakta-Fakta Menarik Kawah Ijen, Fenomena Api Biru hingga Tiket Masuk
“Pendakian Gunung Semeru, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru setelah sebelumnya ditutup karena adanya erupsi diperpanjang sampai dengan 31 Maret 2021,” begitu pernyataan yang dikutip dari website resmi TNBTS, Minggu (17/1/2021).
Penutupan pendakian Gunung Semeru berdasarkan keputusan yang tertuang dalam surat Pengumuman Nomor PG.15/T.8/BIDTEK/BIDTEK.1/KSA/12/2020 yang ditandatangani oleh Plt Kepala Balai Besar TNBTS Agus Budi Santosa.
Dalam surat tersebut, Agus menjelaskan bahwa penutupan Semeru mempertimbankan kondisi kondisi klimatologi peningkatan intensitas curah hujan dan kemungkinan terjadinya badai sesuai dengan perkiraan Stasiun Klimatologi Karang Ploso Malang-Pusat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Penutupan pendakian juga dilakukan untuk upaya pemulihan atau revitalisasi ekosistem supaya Gunung Semeru bisa pulih setelah terjadi erupsi.
Baca juga: Pesona Curug Putri Carita, The Little Green Canyon di Banten
Akibat penutupan jalur pendakian tersebut, lebih dari 4 ribu pendaki harus melakukan penjadwalan ulang untuk naik Gunung Semeru.
Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan puncaknya Mahameru setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung ini menjadi salah satu favorit para pendaki sejak dulu. Pada 16 Desember 1969, seorang aktivis dan pencinta alam bernama Soe Hok Gie meninggal dunia di puncak Semeru karena mengirup gas beracun.
(sal)