JALAN hidup mengantarkan Linang Kharisma melakoni pekerjaan sebagai perajin ukir daun di tempat tinggalnya di Kota Metro, Lampung. Pekerjaan itu terinspirasi oleh penemuan daun jati yang memiliki tekstur lebih rapi dan tak seperti sebaiamana lazimnya.
Daun ukiran atau daun cukil (Dancuk), demikian Linang menyebutnya, merupakan karya seni hasil dari pemanfaatan limbah daun jati (tectona grandis) kering dengan metode carving (ukir).
Tak semua daun bisa dimanfaatkan untuk membuat Dancuk, hanya daun yang bertulang keras saja yang bisa digunakan untuk metode ini, misal daun jati, kata Linang saat ditemui di kediamannya di Jalan Tomat, Kelurahan Tejo Agung, Kecamatan Metro Timur.
Dancuk hanya dapat dibuat dari daun yang telah gugur, biasanya daun dari pohon yang dapat tumbuh di curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun dan berguguran pada musim kemarau. Namun, tidak semua daun jati dapat digunakan. Masih ada proses seleksi dan hanya daun jati pilihan yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan Dancuk.
Daun yang digunakan biasanya daun yang cukup suhu, kadar air, dan kelembabannya, sehingga bahan daunnya tidak keriting, jadi lebih mudah dalam proses pengukirannya dan tentunya pemilahan daun juga berpengaruh erat dari nilai estetika hasil karya. Bahan daun yang memiliki ciri-ciri demikian biasa ditemukan di sekitar pohon jati yang tumbuh dekat sumber air.
Baca juga: 7 Sentra Kerajinan Tangan Khas Indonesia Jadi Destinasi Wisata
Linang tak pernah merasa kesulitan membuat Dancuk, lantaran bahan baku pembuatannya melimpah ruah tersedia di alam. Saat membuat Dancuk, Linang tak sekadar bereksplorasi, ia juga ingin menunjukkan ke orang banyak bahwa alam telah memberikan seluruh kebutuhan manusia. Semua bisa dioptimalkan hingga memberi manfaat yang banyak.
Ia lantas mencoba bereksplorasi dan mengoptimalkan benda-benda di sekeliling yang berpotensi punya nilai jual ekonomi. "Bisa dari hal sepele, seperti daun jati kering," katanya.
Dirinya berangan-angan masyarakat dapat melihat sisi lain dari karyanya, bahwa setiap pekerjaan, terutama para petani, jika dikerjakan secara optimal akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Harga Dancuk biasa dibanderol dengan terjangkau, mulai dari Rp150.000 hingga Rp500.000, tergantung dari ukuran dan sisi rumit pembuatannya. Linang menjelaskan, soal harga, jangan diukur dari nominal. Dirinya tidak bisa mengukur berapa harga yang pantas, dan tak jarang ia enggan menyebut harga ketika ditanya oleh peminat karyanya.
Baca juga: Rumah Adat Limas, Destinasi Budaya Ikonik Khas Palembang
Salah satu penulis sastra di Kota Metro Lampung, Afriyan Arya Saputra, juga memuji karya-karya Linang Kharisma yang fokus pada ukiran daun.
Menurut Afriyan, Linang memiliki kreativitas dan konsentrasi tinggi dalam setiap membuat karya ukir Dancuk, terlebih saat membuat pola ukiran di atas daun yang mudah terkoyak, hasil karyanya pun sangat mirip dengan wujud aslinya.
Ia mengapresiasi konsistensi Linang karena kemampuannya dalam berkarya, ditambah Dancuk merupakan karya yang tergolong unik dan langka.
Follow Berita Okezone di Google News