CANDI Ratu Boko atau juga disebut situs Ratu Buko ini merupakan bukti peninggalan sejarah yang terletak di Gatak, Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Candi Ratu Boko terletak sekitar 3 kilometer ke arah selatan dari Candi Prambanan.
Dikutip dari laman Borobudur Park, kawasan Ratu Boko berada di atas bukit dengan ketinggian ± 195.97 meter di atas permukaan laut (mdpl). Situs Ratu Boko sebenarnya bukan sebuah candi, melainkan reruntuhan sebuah kerajaan.
Sehingga, Candi Ratu Boko kerap pula disebut Kraton Ratu Boko. Penamaan Keraton Boko, karena menurut legenda, situs itu merupakan istana Ratu Boko, ayah Lara Jonggrang. Diperkirakan situs Ratu Boko dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha, namun kemudian diambilalih oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan 'pemilik' itu menyebabkan bangunan Kraton Boko dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddhisme.
Baca juga: Berkunjung ke Candi Plaosan, Artefak Paling Romantis di Jawa Tengah
Penemuan candi ini bermula dari seorang Eropa yang sedang berkunjung ke Jawa pada abad ke-17, tepatnya di wilayah Bokoharjo. Ia pun berkunjung ke kawasan situs Ratu Boko, namun sesampainya di sana, ia justru malah tidak menemukan candi yang dimaksud.
Saking penasaran dengan candi tesebut, orang Eropa ini bercerita kepada warga Belanda bernama H.J. De Graff, yang kemudian dilakukan sebuah penelitian oleh FDX Bosch hingga akhirnya ditemukanlah reruntuhan ini.
(Foto: Instagram/@ratubokopark)
Pada area situs Ratu Boko ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 792 Masehi (M) yang dinamakan Prasasti Abhayagiriwihara. Isinya mendasari dugaan bahwa Kraton Ratu Boko dibangun oleh Rakai Panangkaran. Prasasti Abhayagiriwihara ditulis menggunakan huruf pranagari, yang merupakan salah satu ciri prasasti Buddha.
Di prasasti itu disebutkan pula bahwa Raja Tejapurnama Panangkarana, yang diperkirakan adalah Rakai Panangkaran, telah memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara. Nama yang sama juga disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan (779 M), Prasati Mantyasih (907 M), dan Prasasti Wanua Tengah III (908 M).
Baca juga: Antimacet, Taksi Terbang Kini Hadir di Bandara Soekarno-Hatta
Menurut para pakar, kata abhaya berarti tanpa hagaya atau damai, giri berarti gunung atau bukit. Dengan demikian, Abhayagiriwihara berarti biara yang dibangun di sebuah bukit yang penuh kedamaian. Pada pemerintahan Rakai Walaing Pu Kombayoni, yaitu tahun 898-908, Abhayagiri Wihara berganti nama menjadi Kraton Walaing.
Terlepas dari kisahnya, daya tarik Candi Ratu Boko bisa nampak jelas bila dilihat dari atas ketinggian. Situs Ratu Boko bisa dibilang cukup lengkap di antara keraton Jawa lainnya, mulai dari pintu gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, dan juga pagar pelindung.