JAKARTA berulang tahun ke 494 hari ini, Selasa (22/6/2021). Nah, sebagai kota yang bersejarah, Jakarta punya banyak cerita termasuk tentang budaya dan tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Betawi, penduduk asli Jakarta.
Misalnya roti buaya, hidangan khas yang sering hadir dalam upacara pernikahan maupun hajatan-hajatan adat Betawi. Roti buaya sangat ikonik.
Baca juga:Â Â 6 Fakta Menarik Jakarta, 15 Kali Ganti Nama hingga Jadi Kota Termahal di Dunia
Dulu roti buaya dibuat tidak untuk dimakan, melainkan hanya buat acara hajatan saja. Tapi kini tren berubah, roti dibuat dengan bahan adonan campuran tepung, gula, susu, telur, sehingga lebih lembut dan bisa dimakan. Bahkan divariasi dengan berbagai rasa.
Roti buaya bukan hanya sekadar hidangan lho, tapi mengandung makna dan filosofi mendalam Kira kira apa saja? Berikut ulasannya dirangkum dari berbagai sumber :
Â
Roti buaya (Okezone)
1. Sebagai simbol kesetiaan
Meski kini buaya kerap diidentikan dengan orang yang mata keranjang, nyatanya buaya adalah hewan yang sangat setia pada pasangannya loh. Suku Betawi percaya bahwa buaya hanya kawin sekali dengan pasangannya, karena itu roti ini dipercaya melambangkan kesetiaan dalam perkawinan.
 Baca juga: 5 Kawasan Wisata Kuliner Terpopuler di Jakarta, Sajikan Makanan Halal dan Lezat
Jadi saat proses lamaran, roti buaya ikut dibawa sebagai hantaran atau seserahan oleh mampelai pria saat meminang wanita pujaan hatinya.
Pada saat pernikahan, roti diletakkan di sisi mempelai perempuan dan para tamu. Buaya dianggap mewakili karakter laki-laki yaitu sabar (dalam menunggu mangsa). Selain kesetiaan, buaya juga melambangkan kemapanan.