EDUWISATA malam Glow yang rencananya akan dibuka di Kebun Raya Bogor sempat mengalami sejumlah polemik.
Pasalnya, konsep eduwisata yang menggunakan cahaya itu dikhawatirkan menganggu ekosistem tanaman dan hewan pada malam hari.
Menanggapi hal tersebut, Ahli Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB University, Dadan Hindayana menyebut bahwa spektrum cahaya yang ditanggap manusia dengan hewan berbeda. Di mana, visible light yang dapat ditangkap oleh indra manusia ada dikisaran 400-700 nanometer.
"Dan diketahui yang sangat berpengaruh nyata terhadap proses fotosintesis tumbuhan ada pada panjang gelombang 450-495 nanometer untuk warna biru dan 620-750 nanometer warna merah," kata Dadan dalam keterangannya kepada MNC Portal Indonesia.
Selain jenis warna, juga penting diketahui seberapa besar intensitas cahaya yang digunakan. Jika ada pengaruhnya, itu untuk intensitas cahaya berapa.
"Menarik untuk dikaji jika menggunakan spectrum warna selain biru dan merah, misalnya hijau apakah itu akan mempengaruhi proses visiologi tumbuhan di malam hari. Spectrum cahaya yang ditanggap manusia, berbeda dengan hewan utamanya serangga. Serangga itu umumnya dapat menangkap cahaya Ultra Violet (UV), spectrum yang manusia tidak bisa melihatnya," jelasnya.
Baca juga:Â Bima Arya Minta Wisata Malam Glow di Kebun Raya Bogor Dihentikan, Kenapa?
(Foto: MNC Portal/Putra Ramadhani)
Dadan menjelaskan, ada beberapa serangga yang selain cahaya UV juga bisa melihat warna lain. Misalnya lalat yang bisa juga melihat warna hijau dan lebah dapat juga warna melihat biru dan kuning.
"Hal sudah dapat dipastikan, serangga sama sekali tidak bisa melihat warna merah. Oleh sebab itu, para peneliti biasanya kalau ingin melakukan penelitian perilaku serangga di malam hari, mereka pasti menggunakan warna merah," ungkap dia.
Sedangkan, untuk adaptasi tumbuhan dan asosiasinya dalam kehidupan manusia sudah berjalan selama manusia hidup. Ia pun kembali mencontohkan pohon mangga yang dipastikan berasal dari kebun dan mungkin hutan dapat beradaptasi dengan baik di pekarangan rumah dengan penyinaran intens khususnya malam hari.
"Mangga itu tetap hidup dan bahkan berbuah lebat setiap musim. Selain itu, hewan yang berasosisai dengan pohon mangga di antaranya kelelawar juga hadir di permukiman. Jadi tidak heran bila kita memarkirkan kendaraan di bawah pohon mangga itu, pagi harinya kotor dengan kotoran hewan yang kotoran kelelawar itu," ungkapnya.