SULAWESI Selatan tidak hanya memiliki sederet keunikan budaya dan kuliner khasnya yang lezat, namun daerah berjuluk Tanah Daeng ini rupanya menyimpan cerita mistis makhluk tak kasat mata.
Ya, di sana terdapat hantu paling menyeramkan yang ceritanya telah melegenda sejak dulu. Ia adalah poppo dan parakang, hantu terbang yang paling populer di Tanah Bugis.
Kedua sosok itu pernah dianggap sebagai satu makhluk yang sama, namun ternyata memiliki sifat dan ciri yang berbeda.
Lantas apa perbedaan antara poppo dan parakang? Berikut ulasannya sebagaimana dirangkum Okezone dari berbagai sumber.
Poppo menurut kepercayaan orang Bugis ialah sejenis siluman perempuan yang bisa terbang. Dikenal juga sebagai wujud manusia, namun poppo tidak berubah pada saat beraksi.
Ia beraksi dengan meninggalkan organ dalam tubuhnya di pamakkang (plafon rumah) lalu keluar dari timpa laja (bahasa Bugis) atau timba sila (bahasa Makassar).
Ilmu mistis semacam ini kerap dimanfaatkan oleh orang-orang terdahulu agar kuat dalam bekerja, namun matanya akan terlihat selalu merah dan suka meludah.
Baca juga:Â Kisah Hantu Tanpa Kepala Gentayangan di Rumah Mewah Istri Raja yang Tewas Dipenggal
Poppo akan beraksi pada malam hari dan ketika ia sedang tak ingin makan manusia, maka ia akan mengincar buah-buahan yang sudah matang seperti pisang maupun mangga.
(Ilustrasi, Foto: YouTube/@Lintau Channe l86)
Terdapat dua jenis poppo paling tenar di Sulawesi Selatan yaitu poppo sallang yang agresif dan hobi melahap orang sekarat atau sakit keras. Sedangkan yang kedua, poppo mandala yang hanya suka memakan buah-buahan maupun darah hewan ternak.
Parakang
Selain poppo, masyarakat Sulawesi Selatan juga sangat familiar dengan parakang. Makhluk ini dikenal berwujud manusia, sama seperti poppo. Namun, parakang menjelma jadi siluman yang tersesat sebagai tumbal ilmu pesugihan. Ilmu hitam itu lantas mengubahnya menjadi makhluk menyeramkan.
Baca juga:Â Cerita Karyawan Kantor Diganggu Hantu di Siang Bolong Bikin Merinding
Meski sepintas parakang berwujud manusia normal, namun saat naluri pembunuhnya muncul, maka ia akan mengisap dan memakan rektum manusia sampai korbannya mati.
Keinginan "memakan" manusia itu harus ia tunaikan meski dalam keadaan terpaksa. Konon parakang yang enggan menuntaskan hajat itu, maka ia akan tertidur dan bermimpi buruk hingga ketika sadar ia akan mendapati mulutnya telah bersimbah darah.