PERDAGANGAN manusia (human trafficking) adalah tindakan yang sangat ditentang oleh berbagai negara di dunia, demi menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM). Tapi faktanya, praktik perbudakan modern tersebut masih saja terjadi.
Sejumlah Negara bahkan menjadi ‘sarang’ perdagangan manusia karena dianggap membuat sedikit atau bahkan seperti tidak ada upaya sama sekali untuk memberantas tindak kejahatan tersebut di ranah hukum.
Pada Juni 2017, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat merilis Laporan Perdagangan Orang (TIP) tahunan yang menunjukkan negara-negara terburuk untuk kasus human trafficking.
Berikut daftar 10 negara dengan angka perdagangan manusia tertinggi!
1. Belarusia
Praktik perdagangan manusia adalah hal yang ‘lumrah’ di negara pecahan Rusia ini, dimana penjahat bahkan menyelundupkan korban lainnya sampai ke Polandia, Turki dan berbagai negara di Eurasia dan Timur Tengah.
Wanita Belarusia yang mencari pekerjaan asing di industri hiburan dan hotel dewasa sering menjadi mangsa para pedagang manusia untuk dijadikan budak seks (sex trafficking).
2. Rusia
Ungkapan like father like son tampaknya cocok untuk menggambarkan kondisi perdagangan manusia di Belarusia dan Rusia. Sebagai ‘induk’ dari Negara Belarusia, Rusia juga punya masalah cukup serius di sektor penegakan hukum soal human trafficking.
Tercatat sekitar 5 sampai 12 juta imigran bekerja di Rusia dalam kondisi perbudakan dalam sektor pabrik garmen, sebagai sopir angkutan umum, dan dalam konstruksi dan pertanian. Pejabat Rusia memfasilitasi masuknya migran ke negara itu untuk dieksploitasi.
Aparat juga menerima suap untuk tidak menyelidiki kejahatan perdagangan manusia. Secara keseluruhan, pemerintahan Negeri Beruang Merah ini dianggap belum melakukan upaya untuk melindungi korban perdagangan manusia.
3. Republik Afrika Tengah (CAR)
Sebagian besar korban perdagangan manusia di Republik Afrika Tengah (CAR) adalah warga negara nya sendiri yang justru dieksploitasi di dalam negeri. Perempuan muda di pusat-pusat perkotaan memiliki risiko besar untuk masuk ke dalam perdagangan seks komersial.
Para penjahat memaksa gadis-gadis untuk menikah dan memaksa mereka menjadi pembantu rumah tangga, perbudakan seksual dan perdagangan seks internasional.
4. China
Masifnya perkembangan ekonomi di Negeri Tirai Bambu itu juga menimbulkan satu masalah sosial besar, mulai dari kesenjangan hingga soal maraknya perdagangan manusia ilegal.
China tidak pandang bulu dalam hal human trafficking dimana korbannya bukan hanya perempuan atau anak-anak saja, bahkan laki-laki sekalipun untuk menjadi budak atau pekerja seks.
Para penjahat biasanya menargetkan individu dengan cacat perkembangan, atau anak-anak yang orang tuanya telah bermigrasi ke kota dan meninggalkan mereka dengan kerabat.
5. Eritrea
Meskipun merupakan Negara kecil, namun Negeri yang terletak di Afrika Timur ini punya masalah besar dengan perdagangan mansusia. Kemiskinan membuat banyak wanita dan gadis muda Eritrea melakukan perjalanan ke Negara-negara Teluk, Israel, Sudan atau Sudan Selatan untuk pekerjaan rumah tangga, tetapi malah menemukan diri mereka menjadi korban jaringan perdagangan seks.
Kelompok kriminal internasional menculik orang-orang Eritrea yang rentan tersebut, kemudian mengangkut tawanan mereka ke Libya dan menahan mereka untuk tebusan.
Petugas militer dan polisi Eritrea sering bersekongkol dengan kejahatan perdagangan manusia di sepanjang perbatasan Sudan, membuat Eritrea terus mempertahankan status sebagai salah satu negara tertinggi dalam hal perdagangan manusia.
6. Iran
Organisasi kriminal Iran dilaporkan menjadikan perempuan dan anak-anak sebagai korban perdagangan seks, tidak hanya di Iran tetapi juga di Wilayah Kurdistan Irak (IKR), Afghanistan, Pakistan, Uni Emirat Arab (UEA), dan Eropa.
Para penyelundup menargetkan gadis-gadis Iran berusia antara 13 dan 17 tahun untuk diperdagangkan di luar negeri. Para penculik memaksa gadis-gadis termuda menjadi pembantu rumah tangga sampai penculik mereka menganggap mereka cukup umur untuk digunakan dalam perdagangan seks anak.