MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi kehadiran Bali Waste Cycle dalam upaya mewujudkan pengembangan pariwisata yang berbasis keberlanjutan lingkungan di Bali.
Dalam kunjungan kerjanya ke Denpasar, Sandiaga menyebut, kehadiran Bali Waste Cycle merupakan bentuk dukungan dari strategi pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang berbasis keberlanjutan lingkungan yang berkualitas.
"Pariwisata yang berkualitas itu selain mendorong dampak sosial kepada masyarakat dari segi penghasilan, tapi juga mengurangi beban terhadap lingkungan," ucap Sandiaga.
Sebagai informasi, Bali Waste Cycle merupakan perusahaan yang dibentuk pada 2019 yang bergerak di bidang lingkungan.
Perusahaan ini ikut berpartisipasi dalam mengelola sampah secara menyeluruh dari hulu sampai hilir sebagai fasilisator dalam memberikan edukasi, pelatihan, maupun pembinaan pada masyarakat, bank sampah, Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R) maupun di lokasi TOSS atau Tempat Olah Sampah Setempat yang berada di banjar maupun desa.
Kehadiran Bali Waste Cycle pun diharapkan dapat menekan peredaran sampah plastik di Pulau Dewata hingga 30 persen dan pengelolaan sampah secara keseluruhan yang mencapai 70 persen di tahun 2025.
Oleh karenanya, mantan Wagub DKI Jakarta itu menilai kehadiran Bali Waste Cycle merupakan bentuk aplikasi ajaran Tri Hita Karana. Untuk diketahui, Tri Hita Karana merupakan konsep ajaran dalam agama Hindu yang memiliki tiga sub-sistem utama yaitu Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan.
Parhyangan merupakan hubungan manusia dengan Tuhan, dapat diartikan sama dengan pola pikir/konsep/nilai. Pawongan yang artinya hubungan manusia dengan sesamanya atau serupa dengan elemen sosial. Kemudian Palemahan, yaitu hubungan manusia dengan alam sekitar sama dengan elemen artefak.