KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjadikan keris yang dibuat pengrajin di Desa Aeng Tong-tong, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur sebagai suvenir untuk para delegasi event KTT G20 di Indonesia.
"Ini merupakan penghargaan kami kepada negerinya para empu," kata Menparekraf Sandiaga.
 BACA JUGA: Keris Desa Aeng Tong-Tong Jadi Suvenir KTT G20, Sandiaga: Pembuatannya Tidak Sebentar
Keris khas Madura asal Desa Aeng Tong-tong memiliki keunikan dan sejarah panjang.
Dilansir dari berbagai sumber, pada 2005 United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengakui keris sebagai warisan budaya dunia.
Berselang 7 tahun kemudian, yakni pada 2012, UNESCO mengakui Sumenep, kabupaten di Madura sebagai kabupaten dengan jumlah empu alias pembuat keris terbanyak. Serta ada sekitar 600 empu di Sumenep dan sebagian besar di antaranya berasal dari Desa Aeng Tong Tong.
Â
Meskipun dikenal sebagai desa pembuat keris, makna nama Aeng Tong-tong ternyata tidak berhubungan sama sekali dengan keris. Aeng berarti air, sedangkan tong berarti menjinjing.
Dinamakan Aeng Tong-tong, karena dulunya warga harus menjinjing ember-ember berisi air dari luar desa untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
 BACA JUGA: Keris Desa Wisata Aeng Tong-Tong Jadi Souvenir G20, Begini Keunikannya!
Zaman dulu, keris buatan warga Desa Aeng Tong Tong digunakan di Keraton Sumenep. Sampai sekarang, keris-keris Keraton Sumenep masih tersimpan.
Menariknya lagi dari Desa Wisata Aeng Tong-tong terdapat ritual pencucian keris dan ziarah kubur kepada leluhur empu, yakni disebut dengan Penjamasan Keris. Acara tersebut juga dimeriahkan dengan pesta rakyat yang menampilkan kesenian tradisional seperti saronen dan macopat.
Sementara itu pembuatan keris sendiri memang memakan waktu yang cukup lama, antara satu hingga enam bulan untuk satu keris. Hal ini pun tergantung dari ukuran dan motif yang dibentuk. Untuk panjang keris di Pulau Madura sendiri normalnya antara 37 - 38 cm.