ADA 4 negara yang bangkrut karena utang. Utang luar negeri yang menumpuk dan gagal bayar membuat negara-negara tersebut jatuh dalam krisis dan rakyat menderita.
Banyak negara berutang dengan alasan untuk meningkatkan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Berutang sah-sah saja apabila cadangan negara cukup. Hal paling penting adalah jangan dikorupsi dan tak salah urus, karena jika tidak bisa bernasib seperti Sri Lanka.
Sri Lanka kini sedang dilanda krisis mengerikan akibat gagal bayar utang dan pemerintahnya salah mengurus negara.
 BACA JUGA:5 Negara Pendiri PBB dan Sejarah Singkat Hak Veto
Indonesia harus menjadikan Sri Lanka sebagai pelajaran mengingat utang Indonesia sudah mencapai Rp7.040 triliun per April 2022, naik 7,85 persen dibandingkan tahun lalu.
Berikut negara-negara yang bangkrut karena hutang :
1. Sri Lanka
Sri Lanka bangkrut setelah gagal membayar utang senilai USD51 miliar atau setara dengan kurang lebih Rp732 trilliun yang dipinjam dari luar negeri.
Â
Rupanya krisis ekonomi yang terjadi di Sri Lanka sudah berlangsung sejak akhir Maret 2022. Krisis ini membuat banyak warganya yang sengsara. Bahkan warga Sri Lanka melakukan protes dan menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk mengundurkan diri.
2. Ekuador
Ekuador tidak bisa bayar utang pada 2008 sebesar USD10 miliar atau Rp144 triliun, karena korusi merajalela dalam pemerintahan. Akibatnya terjadi krisis dan inflasi mencapai 60 persen.
Ekuador sudah berulang kali gagal membayar utang. Presiden Ekuador Rafael Correa menyebutkan utang negaranya sebagai bentuk pelanggaran moral dan tak bisa dilegitimasi.
 BACA JUGA:Termasuk Indonesia, Ini 10 Negara Favorit Turis UEA untuk Liburan Musim Panas dan Idul Adha
3. Argentina
Argentina dinyatakan bangkrut setelah gagal melunasi hutang ke kreditur. Pemerintah Argentina yang mematok USD1 sama dengan 1 peso Argentina dinilai menjadi penyebabnya.
Hal itu membuat nilai mata uang Argentina dan dolar Amerika Serikat menjadi tidak akurat. Negara ini pun harus mengumpulkan seluruh kreditur dan me-restrukturisasi utang yang mencapai USD100 atau sekitar Rp1.440 triliun pada tahun 2005 dan 2010.