WAKIL Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Tanoesoedibjo mengatakan bahwa publikasi sektor pariwisata melalui film dokumenter merupakan cara efektif karena mampu mengemas ragam kekayaan budaya nusantara secara lebih estetis dan menarik.
Hal itu disampaikan Angela Tanoe saat memberi sambutan secara virtual pada peluncuran seri dokumenter berjudul “Mahakarya” dan “Kisah Rasa”.
Dokumenter berjudul “Mahakarya” akan menggali warisan terpendam nusantara mulai dari budaya, tradisi, dan berbagai tempat peninggalan sejarah di setiap destinasi wisata. Kemudian dokumenter “Kisah Rasa” bakal mengungkapkan identitas Indonesia melalui kuliner Nusantara.
 BACA JUGA:Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo: Pelaku Kuliner Harus Mampu Berkolaborasi dengan Investor
"Ini perlu kita dukung bersama, untuk kebangkitan pariwisata Indonesia," kata Angela dalam Media Briefing "Mahakarya & Kisah Rasa", di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (6/7/22).
Angela juga mengungkapkan bahwa saat ini perlu memaksimalkan perjalanan wisatawan dan meningkatkan pengeluaran, lama tinggal dan menyebar titik kunjungan ke berbagai destinasi.
Â
Sehingga nantinya, manfaat ekonomi dan sektor pariwisata bisa semakin merata dirasakan oleh seluruh pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat di Tanah Air.
"Untuk mewujudkan hal ini, berkolaborasi dengan berbagai pihak yang termasuk pihak swasta dan media. Pada hari ini melalui konten maha karya dan kisah rasa, kita sudah selangkah lebih maju meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk beriwsata di Indonesia aja," tuturnya.
 BACA JUGA:Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo: Investasi Teknologi Penting demi Cegah Krisis Sektor Parekraf
Sementara itu, Education Officer Zenius, Sabda PS menambahkan, banyak orang bepergian ke tempat wisata Indonesia tanpa mengetahui konteks dan sejarah dari tempat tersebut. Untuk itu seri dokumenter ini, ia ingin masyarakat memiliki background knowledge atau pengetahuan dari kebudayaan Indonesia.
"Dengan background knowledge yang baik, masyarakat bisa tahu kenapa rata-rata makanan di Jawa Tengah manis, atau kenapa bentuk Candi Borobudur seperti itu. Dengan ini, kami berharap masyarakat bisa lebih mengapresiasi dan melestankan kebudayaan Indonesia," katanya.