MUSEUM Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat merupakan situs sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Dulu, bangunan ini adalah rumah kos.
Pada 28 Oktober 1928, teks sumpah pemuda sebagai ikrar setia berjuangan untuk bangsa dan negara dibacakan di tempat ini. Karena itulah, rumah tersebut kemudian dipugar dan dijadikan museum.
Selama 94 tahun, upacara bendera rutin diadakan tiap tahunnya, untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda setiap 28 Oktober.
Dulunya tempat ini digunakan para pemuda di seluruh penjuru Indonesia untuk manampung banyak kegiatan. Mulai dari kegiatan kepanduan, diskusi politik, latihan kesenian Jawa, hingga kongres pemuda yang melahirkan ikrar sumpah pemuda.
Namun dibalik sejarah para pemuda Indonesia membuat tiga butir ikrar disini, ternyata ada sejarah unik lain yang meliputi tempat ini. Menampung dari berbagai sumber, sebelum ditetapkan sebagai cagar budaya, tempat ini sempat beberapa kali beralih fungsi. Bagi Anda yang penasaran, yuk simak penjelasannya!
Rumah Kos
Bangunan ini dulunya merupakan sebuah rumah milik seorang etnis Tionghoa, Sie Kong Liong, sekitar tahun 1908. Rumah ini ia jadikan sebuah indekos bagi pelajar sekolah kedokteran School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Stovia) dan pelajar sekolah hukum Rechtsschool (RH). Oleh karena itu tempat ini dijuluki sebagai Langen Siswo.
Museum Sumpah Pemuda (Okezone.com/Pradita)
Mereka yang tinggal di sana membayar sewa setiap bulannya sekitar 12,5 sampai 20 gulden Hindia Belanda, atau setara dengan 40 liter beras waktu itu. Biaya itu sudah termasuk tiga kali makan dan mencuci pakaian.
Rumah tersebut dulu diurus Bang Salim.
Gedung pertemuan
Rumah tersebut pernah dihuni pemuda dari berbagai daerah di Nusantara, baik dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, bahkan Ambon. Rumah tersebut sering digunakan sebagai tempat pertemuan organisasi-organisasi pemuda saat itu, seperti Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, dan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).
Beberapa tokoh sejarah Indonesia juga pernah ngekos di rumah ini, seperti Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi, Soerjadi, Assaat, Abu Hanifah, dan yang lain. Bahkan Bung Karno pun kerap hadir di rumah ini membicarakan pergerakan mahasiswa dan pemuda Indonesia.
Karena banyaknya organisasi yang berkumpul di tempat ini, sekitar tahun 1927 namanya pun berubah dari Langen Siswo menjadi Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw yang artinya gedung pertemuan.
Follow Berita Okezone di Google News