MUSEUM merupakan lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.
Artinya, museum bertugas mengelola bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata untuk dikomunikasikan dan dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen, temporer, dan keliling.
Oleh karenanya, sebuah museum haruslah dikelola dengan baik, agar mampu menggaet wisatawan untuk berkunjung.
Terkait hal tersebut, Anggota Komisi VI DPR RI, Putu Supadma Rudana menilai pengelolaan museum harus lebih kreatif dan inovatif untuk menarik perhatian publik.
“Hal itu merupakan tantangan bagi setiap pengelola museum agar setiap kegiatan museum yang berhubungan dengan publik, dapat diterima dengan antusiasme yang tinggi,” kata Putu mengutip Antara, Jumat, 4 November 2022.
Putu yang juga Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) itu menjelaskan, salah satu tugas pengelola museum adalah untuk mengkomunikasikan koleksi beserta kekayaan kisah di dalamnya, sehingga harus giat menggali kisah-kisah secara lebih dalam.
Oleh karenanya, ia sangat mendukung pameran yang digelar Museum DPR RI bertema 'Rumah Rakyat: Gedung-Gedung DPR RI dari Masa ke Masa'.
“Saya mendukung pameran ini karena sesuai langkah AMI yang bergerak bersama museum-museum yang berada di keanggotaan AMI, untuk mengakselerasi penyebaran gagasan serta implementasi nilai-nilai luhur kultural bangsa dalam kehidupan kemasyarakatan Indonesia,” paparnya.
Lebih lanjut, Puti menyinggung sekilas pembangunan Gedung DPR/MPR RI yang dibangun di masa pemerintahan Presiden Soekarno alias Bung Karno.
Mulanya kata Putu, Gedung MPR/DPR RI dibangun untuk menyelenggarakan Konferensi Negara-negara New Emerging Forces (Conefo).
Saat itu Conefo adalah wadah dari semua New Emerging Forces yang dimaksudkan sebagai suatu tandingan terhadap keberadaan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Menurut Putu, Soekarno mengeluarkan tantangan untuk membangun Gedung Conefo dengan beberapa syarat karena ingin lebih megah dari markas besar PBB di New York.
"Kedua, harus lebih bagus dari 'People Palace' di Beijing, China. Ketiga, pembangunan ini harus selesai dalam waktu satu tahun karena Conefo akan diselenggarakan akhir tahun 1966, dan pembangunannya dilanjutkan di era Presiden Soeharto,” katanya.
Follow Berita Okezone di Google News