MENGUAK alasan mengapa suku Tengger selalu memakai sarung. Kegunaan sarung tidak hanya sebagai tren atau melindungi diri dari hawa dingin, tetapi juga sebagai identitas.
Jika berkunjung ke Bromo sering kita melihat masyarakat Tengger menggunakan sarung. Baik laki-laki atau perempuan, tua dan muda, menggunakan sarung yang disampirkan ke tubuhnya. Hawa dingin gunung Bromo bukan satu-satunya alasan masyarakat Tengger menggunakan sarung.
Ternyata ada alasan tersendiri yang mendasari, masyarakat Tengger menggunakan sarung. Berikut alasan mengapa suku tengger selalu memakai sarung.
 BACA JUGA:Tradisi Unik Suami Tawarkan Istri Ngeseks Bareng Tamu di Namibia Utara
Masyarakat Tengger atau Suku Tengger banyak mendiami Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Desa Argosari memiliki cuaca yang sangat ekstrem. Berada di ketinggian 2000 mdpl membuat desa ini terasa sangat dingin. Bahkan, suhu desa dapat mencapai 5 derajat celcius pada malam hari. Tak heran, saat berkunjung banyak masyarakat Tengger yang menggunakan sarung.
Tapi ternyata, sarung bukan sekedar menghalau rasa dingin. Sarung memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Tengger. Menurut penuturan warga Tengger, sarung sudah menjadi sebuah identitas.
Sarung sendiri merupakan bagian dari tradisi Indonesia. Sarung banyak digunakan sebagai pelengkap pakaian adat. Sehingga tak heran banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan sarung, termasuk masyarakat Tengger.
Sarung menjadi barang yang sangat istimewa bagi masyarakat Tengger yang tinggal di daerah dingin. Tetapi, meski masyarakat Tengger sudah memakai jaket untuk menghangatkan diri, mereka tetap membawa sarungnya kemanapun. Bahkan ketika harus sudah beranjak siang sekalipun.
Sarung yang digunakan juga berbagai macam model dan motif. Tidak ada ketentuan bentuk atau motif yang harus digunakan. Hanya saja, pemaknaan sarung akan berbeda bagi laki-laki dan perempuan.
Follow Berita Okezone di Google News