SETIAP negara punya cara tersendiri untuk bisa merdeka dari penjajah. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, seperti Indonesia, dan ada juga yang berjuang lewat jalur diplomasi, misalnya Malaysia.
Namun, karena cara melepaskan diri dari penjajah lewat jalur diplomasi, Malaysia kerap disebut sebagai negara yang merdeka karena ‘pemberian’ atau negara giveaway.
Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Nyatanya Malaysia juga pernah mengangkat senjata untuk mengusir Inggris dari tanah Malaya. Perang ini disebut sebagai Perang Pembebasan Nasional Anti-Britania.
Namun, hanya para pejuang pro-kemerdekaan komunis dari Tentara Pembebasan Nasional Malaya (MNLA) dengan pasukan militer Inggris lah yang bertempur.
Pada zaman itu, komunis dipandang sebagai antagonis di era Perang Dingin, dan sangat susah bagi mereka untuk meraih dukungan dalam hal mengusir Inggris dari tanah Malaya.
Rupanya kesempatan tersebut digunakan oleh pihak yang ingin meraih kemerdekaan melalui jalan diplomasi sebagai kekuatan negosiasi agar Inggris memberikan kemerdekaan kepada Malaysia.
Akhirnya serangkaian perundingan diadakan oleh pemerintah Inggris dan tokoh-tokoh Melayu. Hal tersebut bertujuan agar bangsa yang berada di bawah jajahan Inggris memperoleh kemerdekaannya.
Hingga pada 1 Januari 1956 diadakan perundingan antara utusan Persekutuan Tanah Melayu (PTM) di London. Perundingan tersebut dipimpin oleh Tuanku Abdul Rahman, sementara pemerintahan Inggris diwakili Sir Alan Lennox Boyd, menteri urusan jajahan Inggris
Dari perundingan tersebut didapat kesepakatan bahwa per tanggal 31 Agustus 1957, Persekutuan Tanah Melayu akan merdeka. Persiapan kemerdekaan tersebut berlangsung selama satu tahun tujuh bulan.
Pemberian kemerdekaan oleh Inggris bukan karena kekalahan perang atau keterbatasan anggaran, justru Inggris telah mencapai puncak kejayaannya pada saat Perang Dunia I. Rakyatnya sendiri bahkan menunjukkan bahwa mereka bukan lagi di bawah pemerintahan luar atau asing.
Follow Berita Okezone di Google News