ALASAN kenapa jadi janda di Indonesia berat menarik untuk dibahas. Masyarakat Indonesia seringkali memandang wanita berstatus janda dengan sebelah mata.
Wanita mendapat status janda setelah bercerai atau ditinggal mati pasangannya. Daripada duda, status janda memiliki konotasi negatif di Indonesia. Padahal tidak ada satu wanita pun yang ingin menjanda.
Budaya patriarki yang mengakar di Indonesia menempatkan wanita sebagai objek bersalah. Janda dilabeli sebagai wanita yang tak memuaskan suami. Masyarakat menilai janda sebagai wanita lemah dan tidak terhormat.
 BACA JUGA:5 Cara Mendapatkan Janda Kaya Raya, Duda dan Jejaka Silakan Dicoba!
Itu bukanlah satu-satunya alasan mengapa menjadi janda sangat berat di Indonesia. Berikut adalah alasan kenapa jadi janda di Indonesia berat.
Janda melewati masa-masa sulit setelah berpisah dari pasangan. Tidak hanya mengalami trauma atau duka, jana juga harus menghadapi diskriminasi dan ketidak mapanan ekonomi. Pada beberapa kasus, janda tak memiliki hak waris yang sama setelah berpisah.
Wanita dengan status janda sangat kecil kemungkinan memiliki akses pensiun. Sehingga, kematian pasangan membuat janda mengalami kemerosotan ekonomi. Beberapa daerah bahkan melebeli janda sebagai pembawa sial.
 BACA JUGA:Menguak Alasan Kenapa Janda Dapat Bertahan Hidup Lebih Lama ketimbang Duda
Kondisi seorang janda menjadi sangat berat ketika masyarakat mulai mendikte mereka. Janda menjadi bahan gossip mulai dari yang mereka kenakan dan lakukan. Bentuk gunjingan seperti ini menambah stigma negatif tentang janda di tengah masyarakat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) janda memiliki arti wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suaminya. Istilah janda dalam KBBI merupakan ungkapan netral. Sampai masyarakat secara tidak langsung menekankan wanita harus memiliki pasangan.
Follow Berita Okezone di Google News