Share

Menguak Alasan Kenapa Orang Sunda Tak Mau Dibilang Orang Jawa

Nur Afifah, Jurnalis · Jum'at 30 Desember 2022 14:00 WIB
https: img.okezone.com content 2022 12 29 406 2736726 menguak-alasan-kenapa-orang-sunda-tak-mau-dibilang-orang-jawa-sJlVZEvepI.jpg Pertunjukan budaya Sunda Angklung Gubrak di Desa Mekarjaya, Bogor, Jawa Barat (Foto: Pemkab Bogor)

ALASAN orang Sunda Tak mau dibilang orang Jawa, karena kedua etnis dari wilayah tersebut memiliki kultur yang berbeda. Wilayah pulau Jawa dihuni oleh dua etnis besar yakni Suku Sunda dan Suku Jawa. Pada masing โ€“ masing suku memiliki perbedaan tempat, misalnya pada Suku Sunda mendiami Pulau Jawa bagian barat, sedangkan Etnis Jawa mendiami wilayah dari tengah hingga timur.

Dikutip dari iNews.id, ada beberapa alasan lain kenapa orang Sunda tidak mau disebut sebagai orang Jawa, dan alasan tersebut memiliki keterkaitan dengan sejarah awal mula etnis Sunda mendiami Pulau Jawa.

1. Asal Usul Nama Sunda

Kata Sunda berasal dari kata โ€œsundโ€ atau kata โ€œsuddhaโ€ dalam bahasa Sansekerta yang berarti bersinar, terang, berkilau, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289). Selain itu, dalam bahasa Kawi dan bahasa Bali juga terdapat kata Sunda yang memiliki arti yaitu bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219).

ย BACA JUGA:13 Tradisi Anti-Mainstream Rayakan Tahun Baru di Dunia yang Bikin Geleng-Geleng Kepala!

Maka dari itu, Orang Sunda meyakini bahwa dirinya memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai sebuah jalan menuju keutamaan hidup. Suku Sunda memiliki beberapa karakter yang harus dipenuhi, diantaranya adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), wanter (berani) dan pintar (cerdas).

Karakter โ€“ karakter tersebut telah dijalankan oleh masyarakat Sunda sejak zaman Kerajaan Salakanagara, Tarumanagara, Sunda-Galuh, Pajajaran bahkan hingga saat ini. Nama Sunda pertama kali digunakan oleh seorang Raja bernama Purnawarman.

Tepat pada tahun 397, nama tersebut dipilih untuk menyebut Ibu Kota Kerajaan Tarumanagara. Pada saat itu, pamor Tarumanagara semakin menurun sehingga tepat pada tahun 670, Tarusbawa sang penguasa Tarumanagara yang ke-13 mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.

Peristiwa tersebut dijadikan sebuah alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi tersebut agar tidak terjadi perang saudara, Tarusbawa telah menerima tuntutan dari Raja Galuh. Kawasan Tarumanagara, pada akhirnya terpecah menjadi dua kerajaan, yang diantaranya Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.

ย BACA JUGA:5 Tradisi Perayaan Tahun Baru Unik di Eropa, Hias Pohon hingga Lempar Piring ke Tembok

2. Tidak Terdapat Mitos dalam Penciptaannya

Suku Sunda tidak mempunyai mitos tentang penciptaan dan mitos โ€“ mitos di dalamnya yang menjelaskan asal mula suku ini. Suku Sunda tidak seperti kebanyakan suku yang memiliki rumor atau mitos yang sangat terkenal. Masyarakat dan warga sekitar bahkan tidak tahu dari mana mereka datang dan menetap di Jawa Barat.

Pada abad pertama Masehi, sekelompok kecil Etnis Sunda, pernah menjelajahi hutan-hutan pegunungan dan melakukan budaya tebas bakar untuk membuka hutan. Mitos awal hadir di dalam suku Sunda adalah orang โ€“ orang di dalamnya lebih memilih menjadi pekerja di lading daripada menjadi seorang petani.

Follow Berita Okezone di Google News

Selain itu, di dalam suku Sunda terdapat kelompok yang memiliki kepercayaan dalam membentuk fondasi dari apa yang kini disebut sebagai agama asli orang Sunda. Meskipun tidak diketahui secara pasti, kepercayaan yang dimaksud seperti apa, petunjuk yang terbaik dapat ditemukan dalam puisi-puisi epik kuno (Wawacan) dan di antara Suku Badui yang terpencil. Suku Baduy meyakini bahwa agama mereka disebut sebagai Sunda Wiwitan (Orang Sunda yang paling mula-mula).

Bukan hanya suku Badui yang hampir bebas sama sekali dari elemen-elemen Islam, tetapi Suku tersebut juga sedikit memperlihatkan karakteristik Hindu di dalamnya. Beberapa kata dalam bahasa Sansekerta dan Hindu yang berhubungan dengan mitos masih terdapat di dalamnya.

Dalam sebuah karya ilmiah, Robert Wessing mengutip beberapa sumber yang menunjukkan suku Sunda secara umum, "The Indian belief system did not totally diplace the indigenous beliefs, even at the court centers." Berdasarkan pada sistem tabu dan agama suku Baduy bersifat animistik.

Suku Baduy percaya bahwa di beberapa objek tidak bernyawa seperti pada batu-batu, pepohonan, sungai, dan objek tidak bernyawa lainnya terdapat roh-roh yang menghuni di dalamnya. Roh-roh tersebut melakukan berbagai hal baik hingga jahat, tergantung pada ketaatan seseorang kepada sistem tabu tersebut. Bahkan kepercayaan tabu ini digunakan dalam kehidupan sehari โ€“ harinya pada masyarakat Baduy.

ย Ilustrasi

3. Jati Diri

Jati diri yang dimiliki oleh Suku Sunda berbeda dengan suku lainnya. Hal tersebut yang menjadi alasan lain mengapa orang Sunda tidak mau disebut sebagai orang Jawa. Misalnya pada cara bicara, bahasa yang digunakan serta sifat yang dimiliki berbeda.

Etnis Sunda pada umumnya dikenal memiliki sifat yang humoris, lucu, ramah, sopan santun dan kreatif. Dan salah satu ciri khas yang menonjol yaitu suku Sunda tidak suka merantau dan hal ini sangat berbanding terbalik dengan Suku Jawa yang konon lebih suka merantau ke daerah โ€“ daerah tertentu.

Dalam lingkungan masyarakat maupun alam Tatar Pasundan sangatlah nyaman. Sehingga mereka tidak mudah betah jika hidup di lingkungan yang tak seperti suasana di wilayah Sunda dan juga sekitarnya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini