Share

PERISKOP 2023: Menerawang Nasib Pariwisata Indonesia di Tengah Ancaman Resesi Global

Salman Mardira, Jurnalis · Rabu 11 Januari 2023 07:20 WIB
https: img.okezone.com content 2023 01 10 406 2743584 periskop-2023-menerawang-nasib-pariwisata-indonesia-di-tengah-ancaman-resesi-global-rKHZaqt42B.jpg Turis di Piaynemo, Raja Ampat, Papua Barat Daya (Foto: Instagram @goatsontheroad)

EKONOMI dunia terancam jatuh dalam jurang resesi tahun ini. Kondisi ini bisa berdampak ke sektor pariwisata. Kunjungan wisatawan mancanegara diperkirakan berkurang. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyiapkan jurus menghadapi ancaman resesi.

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menyadari bahwa ancaman resesi makin nyata karena tiga lokomotif ekonomi dunia; Amerika Serikat, China, dan Eropa akan mengalami perlambatan ekonomi. Dampaknya adalah ke pengeluaran masyarakatnya terutama di sektor pariwisata.

"Khususnya untuk wisatawan mancanegara, kami akan arahkan fokus kita pada pasar-pasar besar, termasuk India yang mana peningkatannya luar biasa. Lalu Australia dan Selandia Baru yang tidak masuk (ke dalam) zona resesi. Malaysia dan Singapura yang masih tumbuh," ujar Sandiaga dalam Weekly Press Brief with Sandi Uno secara virtual, Senin 9 Januari 2023.

Kemenparekraf juga fokus meningkatkan perjalanan wisatawan Nusantara (wisnu) yang ditargetkan mencapai 1,2 sampai 1,4 miliar pergerakan selama 2023.

“Pertumbuhan kita akan sangat didorong oleh pergerakan wisatawan Nusantara,” ujarnya.

Ilustrasi

Kunjungan wisman diperkirakan menurun saat resesi global

Pergerakan wisnu bisa dipicu dengan kegiatan seperti event, wisata kuliner, shopping, healing, maupun melancong di desa wisata.

Sandiaga mengajak berbagai pihak untuk memperkuat produk-produk wisata dan mengadakan kegiatan di dalam negeri, karena kekuatan ekonomi domestik menjadi tulang punggung sektor pariwisata.

Kedatangan wisman harus dibarengi dengan memperpanjang lama tinggal (length of stay) dan meningkatkan kualitas belanja (quality of spending) para wisatawan agar target capaian devisa pariwisata sebesar 5,95 miliar dollar AS terealisasi.

Dampak Resesi 

Pengamat pariwisata Arifin Hutabarat menilai resesi global yang akan terjadi tahun ini bisa berdampak pada berkurangnya jumlah kunjungan wisman ke Indonesia.

“Indonesia tidak bisa berharap banyak dari wisman. Kunjungan wisatawan ke Indonesia pasti akan lebih mahal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Nah, sehingga jumlah wismannya pun akan berkurang ke Indonesia,” kata Arifin kepada Okezone.

Menurutnya resesi global juga bisa memicu naiknya harga tiket pesawat, tarif penginapan, hingga biaya hidup. Hal ini akan membuat pengeluaran wisatawan meningkat pesat karena semua jadi serba mahal, sehingga kunjungan wisman akan berkurang.

Arifin meminta pemerintah mengubah strategi dengan fokus membangun pariwisata domestik saja, salah satunya dengan meningkatkan destinasi wisata dan daya jualnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPI) Bahriansyah mengatakan bahwa pelaku pariwisata di Indonesia akan memanfaatkan pengalamannya selama pandemi COVID-19 untuk menghadapi ancaman resesi global.

“Pelaku pariwisata banyak yang melakukan terbosan-terobosan inovasi khususnya penawaran experience yang menyesuaikan dengan pola permintaan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, yang lebih condong tidak hanya sekadar berwisata, tetapi dengan detsinasi yang banyak ingin lebih ke sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan) dan dengan pelayanan ke quality tourism,” katanya kepada Okezone.

Bahriansyah yang juga pengurus Badan Pimpinan Daerah PHRI DKI Jakarta menilai resesi global yang akan terjadi tahun ini bisa berdampak pada berkurangnya kunjungan wisman ke Indonesia.

 BACA JUGA:Kaleidoskop 2022 : Pariwisata Mulai Pulih, Harga Tiket Pesawat Melejit

“Untuk mengisi kurangnya (kunjungan) wisawatan asing, market wisatawan domestik yang selama ini tidak terlalu digarap serius sudah layaknya menjadi pasar yang harus lebih didorong oleh pemegang regulasi,” ujarnya.

 Ilustrasi

Digitalisasi

Demi menjaga industri pariwisata tetap bergairah di tengah ancaman resesi, Bahriansyah meminta pemerintah tetap meningkatkan promosi wisata dengan memanfaatkan berbagai sarana teknologi termasuk media sosial.

“Yang perlu diperhatikan saat ini adalah menyiapkan konsep pemasaran digital berstandar internasional yang belum tergarap dengan baik, masing masing platform sekarang masih berdiri sendiri-sendiri, dan terkadang tidak dapat sinkron ke platform pasar yang exisiting,” kata Bahriansyah.

 BACA JUGA:Resesi Global 2023, Indonesia Mending Fokus Garap Wisatawan Domestik!

Menurutnya selama ini belum terdata dengan baik informasi digital yang menyatu dalam sebuah platform secara terintegrasi dari seluruh provinsi, kabupaten, kota, sampai ke desa wisata. Padahal ini penting untuk wisatawan.

Akibat belum adanya data wisata yang terintegrasi, terkadang wisatawan kesulitan mencari destinasi yang ingin dituju.

“Yang di Jakarta tidak tahu di mana mencari destinasi yang baik di Bogor dengan data yang bisa look book pay review, padahal ada ribuan expereince ditawarkan di Bogor. Sangat berbeda dengan negara tetanga, semua terliterasi dengan baik melalui digital,” ujar Bahriansyah. 

Kontributor : Dita Mawanda dan Andini Putri Nurazizah

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini