MENGUAK sejarah Stasiun Kiaracondong alias Kircon. Stasiun kelas besar tipe B peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda ini tercatat sebagai salah satu stasiun paling sibuk melayani kereta api di Kota Bandung, Jawa Barat. Letaknya di batas antara Kelurahan Babakansari dan Kelurahan Kebonjayanti.
Melansir dari laman resmi Heritage KAI, Stasiun Kiaracondong dibangun oleh Staatssporwegen (SS). Perusahaan kereta api Hindia Belanda ini memulai pembangunan jaringan kereta api pertama di Priangan pada 1881 silam. Lintasan yang dibangun adalah meliputi jalur Bogor-Bandung-Cicalengka sepanjang 184 kilometer.
Kemudian pada 10 September 1884 jalur, tersebut dibuka untuk umum yaitu mulai dari kereta barang yang bertujuan untuk perdagangan, guna memperlancar dan memajukan ekonomi saat itu.
 BACA JUGA:Sejarah Stasiun Cikajang, Tertinggi di Asia Tenggara yang Kini Tinggal Kenangan
Selanjutnya, sebagai tempat pemberhentian naik-turunnya penumpang dan barang, SS membangun stasiun, halte dan stooplats. Perbedaan tersebut didasarkan pada tingkat pelayanan di pemberhentian tersebut.
Â
Kereta api Indonesia. (KAI)
Berturut-turut pemberhentian yang dibangun yakni Buitenzorg (Bogor), Batutulis, Maseng, Cigombong, Cicurug, Parungkuda, Cibadak, Karangtengah, Cisaat, Sukabumi, Gandosoli, Cirengas, Lampegan, Cibeber, Cilaku, Pasir Hayam, Cianjur, Meleber, Selajambe, Ciranjang, Cipeuyeum, Rajamandala, Cipatat,Tagog Apu, Padalarang, Cimahi, Bandung, Gedebage, Rancaekek, dan Cicalengka.
Sementara itu untuk stasiun Kiaracondong, kala itu belum dibangun pada awal pengoperasian jalur kereta api di Bandung. Hingga kini, belum diketahui secara pasti kapan tahun dibangunnya. Akan tetapi dalam versi sejarah lain diketahui, Stasiun Kiaracondong awalnya merupakan sebuah stooplats atau halte kecil.
 BACA JUGA:Sejarah Stasiun Wates dan Kisah di Balik Instrumen Lagu Sepasang Mata Bola
Pada tahun 1898 sudah terdapat jadwal perjalanan kereta api yang singgah di Stooplats Kiaracondong. Nah saat itu terdapat enam kali kereta api yang melintas, empat diantaranya berhenti di Stooplats Kiaracondong.
Pembangunan jaringan kereta api oleh SS di Bandung, sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah menyediakan transportasi untuk rakyat. SS pun melanjutkan pembangunan kereta api berupa trem ke lintas cabang: Tasikmalaya-Singaparna (1911), Rancaekek-Jatinangor (1921), Bandung-Ciwidey (1924), Banjar-Cijulang (1926), dan Garut-Cikajang (1930).
Follow Berita Okezone di Google News