Maka ha-hal tersebut dianggap membuat keberadaan Mataram Islam menjadi lemah. Dalam hal ini, Sultan Amangkurat I juga banyak disorot, serta dianggap bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Kemudian seiring berjalannya waktu, munculah pemberontakan oleh seorang pangeran Madura bernama Trunojoyo di tahun 1647. Dalam keadaan itu, tokoh keraton Mataram seperti Basah Gondo Kusumo dan Patih Nrang Kusumo dituduh bersekongkol menentang kebijakan Sultan Amangkurat I.
Pada akhirnya, Basah Gondo Kusumo diasingkan ke Gedong Kuning Semarang. Sedangkan Patih Nrang Kusumo memilih bertapa di timur Gunung Lawu. Di dalam pengasingan, suatu hari Basah Gondo Kusumo pergi ke timur Gunung Lawu karena mendengar babat hutan yang dilakukan Ki Ageng Getas atas perintah Ki Ageng Mageti.
Demi mendapatkan tanah, Basah Gondo Kusumo bersama dengan Basah Suryaningrat menemui Ki Ageng Mageti. Dalam pembicaraan itu, pada akhirnya Ki Ageng Mageti memberikan seluruh tanahnya sebagai bukti kesetiaan atas Kerajaan Mataram Islam.
Setelah itu, Basah Gondo Kusumo didaulat sebagai penguasa tempat tersebut dengan gelar Yosonegoro. Selanjutnya, untuk menghargai jasa-jasa Ki Ageng Mageti, wilayah tersebut pada akhirnya dinamakan sebagai Magetan.Â
Follow Berita Okezone di Google News
(sal)