MENYAMBANGI Sulawesi Tengah, kurang lengkap rasanya bagi wisatawan jika tidak mengunjungi kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Palu, Ibu Kota Sulawesi Tengah, yakni Kabupaten Sigi.
Sigi merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah yang menawarkan beragam objek wisata dengan keindahan alam yang akan memanjakan mata. Para wisatawan yang datang ke kabupaten itu akan merasa menjadi lebih tenang dengan suasana alamnya.
Berlokasi sekitar 25 kilometer dari Kota Palu, terdapat salah satu tempat wisata yang tidak pernah sepi pengunjung dan juga terkenal di provinsi itu, khususnya bagi para wisatawan lokal, yaitu objek wisata Mantikole.
Objek wisata Mantikole dapat ditempuh dengan lama perjalanan sekitar satu jam dari Ibu Kota Sulawesi Tengah menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Perjalanan menuju objek wisata tersebut terasa menyenangkan dengan akses jalan yang mulus, tanpa gangguan yang berarti.
Objek wisata tersebut menawarkan beberapa fasilitas bagi para pengunjung, di antaranya pemandian air panas, kolam renang, serta air terjun yang letaknya tidak jauh dari pusat pemandian air panas.
Mantikole berasal dari Bahasa Suku Kaili Inde, yakni 'Manti' berarti kayu dan 'Kole' berarti sepanggang-sepanggang. Menurut masyarakat setempat, Mantikole berarti kayu sepanggang-sepanggang. Permandian air panas Mantikole konon sudah ada sejak 1980-an.
Kolam pemandian air panas itu memiliki suhu hangat dengan kandungan belerang yang khas dan alami. Air panas yang mengalir bersumber langsung dari mata air kaki gunung. Tempat wisata ini juga dikelilingi oleh pepohonan hijau, sehingga semakin menambah suasana natural dari wisata tersebut.
Namun nampak juga di beberapa titik, tempat wisata tersebut kurang dipelihara dengan baik. Beberapa tempat fasilitas umum, seperti rumah pondokan telah roboh dengan beberapa kamar mandi yang hancur dan kini tidak lagi difungsikan.
Selain itu, tanaman-tanaman liar juga mulai tumbuh yang akan terlihat mengganggu apabila tetap dibiarkan seperti itu. Meski begitu, beberapa fasilitas umum, seperti kamar mandi, kamar ganti, serta kantin masih tersedia.
Menurut masyarakat setempat, bangunan-bangunan yang mengalami kerusakan serta objek wisata yang mengalami kerusakan itu disebabkan oleh bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi yang terjadi pada tahun 2018. Sejak saat itu, objek wisata Mantikole mengalami perubahan yang cukup drastis.
Sementara, Kepala Desa Mantikole Rasyid mengatakan pasca-gempa dan tsunami yang terjadi pada 2018, objek wisata Mantikole mengalami penurunan akibat fasilitas yang belum dibenahi sejak bencana tersebut.
Objek wisata itu sangat ramai sebelum adanya bencana gempa dan tsunami. Pada tahun 2000-an, wisata tersebut dikunjungi oleh hampir ribuan wisatawan setiap kali menjelang libur panjang. Tidak hanya dari wisatawan lokal atau masyarakat daerah setempat, tetapi juga wisatawan dari provinsi lain.
Bencana gempa dan Covid-19 menjadi penyebab objek wisata itu mengalami penurunan.
Kendati demikian, sampai saat ini, permandian air panas itu tidak pernah sepi. Selalu ramai pengunjungnya, apalagi pada Sabtu-Minggu, hanya saja tidak seramai kalau dibandingkan dulu yang ditanfai adanya mobil berjejer panjang di depan gerbang.
Follow Berita Okezone di Google News